Menulis Al Qur'an Terbesar Membawa Berkah
Written By Unknown on Minggu, 23 Februari 2014 | 21.09
Sejarah baru di Kabupaten Banyuwangi memiliki Al Qur’an besar yang diresmikan pada 6 September 2010. Mushaf dengan ukuran 150 cm x 200 cm, beratnya mencapai 4 kuwintal, ditulis tangan seorang guru Agama Islam yang mengajar di SMAN I Genteng. Dialah Drs. H. Abdul Karim, yang tinggal di Jl. KH. Djunaidi RT. 02, RW. 04, No.10 Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng. Keseharian mengajar, tapi disela waktu diisi dengan menulis kaligrafi. Di ruang tamu rumahnya, seperti galeri yang penuh dengan kaligrafi yang indah. Menurutnya, kalau salah satu dari karyanya itu ada yang menyukai, dijual kamudian buat lagi.
Menurut H. Karim,-panggilan Drs H Abdul Karim, Al Qur’an terbesar di Banyuwangi yang ada di masjid Agung Baiturrohman (MAB), Banyuwangi, itu merupakan karyanya yang ketiga kalinya. Untuk menulis Al Qur’an itu menghabiskan biaya sekitar Rp 185 juta. Dana itu, dibantu oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi. Biaya sebesar itu, belum termasuk menghitung tenaganya, tapi hanya peralatan saja. Karena kertas ukuran 150cm x 200cm harus impor dari Jepang karena di Indonesia tidak ada. Untuk kertasnya saja harganya Rp 50 juta, ongkos cetak pinggiran Al Qur’annya nilainya Rp 20 juta. “Itu belum lain-lainnya, sebenarnya total biayanya mencapai Rp 300 juta bila dihitung dengan tenaga menulisnya,” katanya.
Meski biayanya habis Rp 300 juta, Karim mengaku dana yang turun dari Pemkab Banyuwangi sebesar Rp 185 juta. Al Qur’an raksasa itu ditulis selama delapan bulan. Lebih cepat dari tulisan saya yang pertama dan yang kedua. “Karena untuk menulis yang ketiga ini, saya tidak sampai pusing harus cari dananya,” ujar H. Karim kepada wartawan Warta NU saat ditemui dirumahnya.
Sebelum menulis Al-Qur’an besar tersebut, H Karim sudah menulis Al-Qur’an dua kali. Al-Qur’an yang pertama selesai ditulis pada 1998, bertepatan pada saat KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menang dalam pemilihan presiden (Pilpres). Al Qur’an tersebut berukuran 62cm x 86 cm, dan menghabiskan dana sebesar Rp 4 juta. Dana ini dicari sendiri tanpa ada bantuan dari pihak lain. Menurutnya, Al Qur’an tingkat desa itu, dijariahkan ke Masjid Baiturrohman Genteng. Bagi H Karim, Al Quran ini dianggap sangat spesial karena ada tanda tangan Megawati Soekarno Putri yang saat itu menjadi Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia. “Waktu itu Ibu Mega berkunjung ke Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng,” ungkapnya.
Ada cerita penuh berkah dari menulis Al Qur’an yang pertama ini. Dengan kekuasaan Allah, H Karim mengaku bisa berangkat naik haji meski tidak punya uang. Ceritanya, Al Qur’an yang ditulis pertama itu akan dibeli Rp 21 juta, ini karena ada tanda tangan Megawati Soekarno Putri. Setelah menghadap Almarhum KH Zarkasyi, Al Qur’an itu ternyata dilarang dijual karena sudah diwaqafkan ke masjid. Singkat cerita, enam bulan kemudian ada sepuluh teman mengajak iuran untuk memberangkatkan haji satu orang setiap satu tahun. Dan ternyata saya dapat urutan nomor lima.
Kemudian izin mertua untuk haji, ternyata tidak diizinkan kalo berangkat sendiri. Tetapi disyarankan haji berdua dengan istri dan minta urutan yang pertama dari sepuluh orang tadi. Walhasil, karena kebesaran Allah diizinkan oleh teman-temannya untuk tukar urutan yang pertama, dan kekurangan biaya untuk naik haji berdua dengan isteri dibayar oleh mertua. Itulah mu’jizat tulisan Al Qur,an yang pertama.
Untuk tulisan Al-Qur’an yang kedua, atau tingkat kecamatan berukuran 85 cm x 115 cm. Al Qur’an yang kedua selesai ditulis pada 2003. Al Qur’an, ini diwaqafkan ke Pondok Pesantren Bustanul Makmur Genteng. Penulisannya menghabiskan dana sebesar Rp 8 juta, dan ditulis selama sepuluh bulan. Sedang yang pertama, ditulis selama sebelas bulan. Meski telah menulis tiga Al Qir’an raksasa, H Karim belum merasa puas. Kini tengah mengajukan dana ke Pemerintah Propinsi Jawa Timur untuk menulis yang lebih besar lagi. ”Mudah-mudahan Allah mengizinkan,” cetusnya.
Bagi H Karim, ulama mati meninggalkan ilmunya, orang kaya mati meninggalkan jariyahnya. “Kalo seperti saya ini nanti mati mau meninggalkan apa, akhirnya terinspirasi meninggalkan Al-Qur’an yang bisa bermanfaat untuk banyak orang. Karena setiap manusia pasti punya fadol (karunia) yang bisa dimaksimalkan potensinya sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat,” pungkasnya.
http://www.nubanyuwangi.or.id
Label:
berita
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !